Swedia, Negeri Sejuta Peta

by tutut25
Swedia

Sumber: Istimewa (google)

Yup! Benar sekali! Swedia, bisa dikatakan sebagai satu-satunya negara Skandinavia yang paling oke menyediakan peta untuk penduduknya. Mulai dari peta yang berbentuk kertas sampai digital yang bisa diakses via internet dengan mudahnya melalui piranti teknologi informasi (TI), seperti desktop, laptop dan telepon selular. Contohnya, http://www.hitta.se atau http://www.eniro.se .

Sesuai dengan namanya, http://www.hitta.se dimana arti kata Swedia ‘hitta’ itu sama dengan ‘cari’ dalam bahasa Indonesia, website ini memudahkan penggunanya untuk mendapatkan informasi lokasi seseorang/perusahaan yang ditampilkan dengan sangat detil, tergantung tingkat zoom-in nya. Bahkan lengkap dengan rute angkutan umum untuk menuju ke alamat yang dituju.

Hal yang sama dengan website eniro.se. Namun, eniro juga memiliki fasilitas petunjuk arah 3 dimensi, tinggal klik ikon gatu ivy, serta merta tampilan di layar piranti TI selayaknya simulator yang langsung memberikan arahan lokasi secara ‘live’ karena terkoneksi dengan satelit.

Hitta.se dan eniro.se hanyalah contoh peta digital. Peta kertas di negerinya Björn Borg–juara tenis Wimbledon–ini juga mudah diperoleh, khususnya di sarana umum masyarakat, seperti: stasiun kereta api, bandar udara, terminal bis, pelabuhan, pusat turis, perpustakaan dan kantor pemerintahan.

Ada banyak macam peta. Mulai dari peta wilayah secara general dan detil, peta jalan mobil, peta jalan jalur khusus sepeda, peta taman-taman hijau, peta lokasi museum, peta lokasi restoran/kafe/bar/pub, peta lokasi penginapan sampai peta lokasi tempat wisata yang bisa dikunjungi turis lokal atau asing.

Pemerintah Swedia menyediakan peta dengan berbagai tema dengan petunjuk (agenda, red) yang detil dan tampilan cover peta yang eye-catching. Bahkan, jika ingin berpergian, masyarakat Swedia dapat menggunakan fasilitas website petunjuk lokasi yang disediakan oleh departemen perhubungannya Swedia, yakni http://www.sl.se.

source : google
source : google

Dengan http://www.sl.se, masyarakat Swedia dapat merencanakan perjalanannya, mulai dari pilihan waktu keberangkatan, kedatangan dan arahan menuju lokasi yang sangat detil dan akurat. Para supir bis, taksi dan masinis pun ‘enjoy’ bekerja tanpa harus kebingungan cari jalan karena dilengkapi GPS.

Untuk supir taksi, tinggal input data yang diberikan penumpangnya ke mesin GPS. Data yang diinput itu akan mempengaruhi ongkos jarak yang ditempuh yang harus dibayar penumpang kelak. Sementara, supir bis atau masinis kereta tinggal menyalakan GPS dan mengikuti saja rute yang sudah ditentukan diiringi keterangan jarak dan waktu tempuh yang harus dipatuhi antar titik halte/stasiun satu dan lainnya.

Swedia tidak mengenal kata terlambat. Semuanya sudah diperhitungkan dan dipaparkan secara detil dan akurat. Namun, bagaimanapun juga, semua hal tersebut dibutuhkan ketrampilan khusus dalam membaca dan memahami sebuah peta. Termasuk kemauan menggunakan fasilitas peta kertas atau digital karena sadar atas manfaatnya. Tentu hal ini sangat tergantung pada masing-masing individu. Siapapun dia!

Bagi saya, bukan karena saya pecinta peta sejak kecil, penggunaan peta di Swedia memberikan manfaat besar, yakni semakin menghargai dan menghemat waktu. Saya dapat merencanakan perjalanan dengan baik. Paham arah lokasi tujuan dan kondisi sekitarnya yang memberikan rasa nyaman dan aman.

Kebayang sekali kalau tidak ada peta! Jika ‘tersesat’ saat pertengahan musim semi atau musim panas, mungkin tidak menjadi masalah. Udara yang hangat dan suasana terang sangat membantu proses ‘perburuan’ lokasi.

Nah! Kalau ‘tersesat’ pada pertengahan musim gugur atau musim dingin? Hmm..terima kasih! Siapa yang tahan keliling cari alamat di tengah udara sangat dingin yang bisa mencapai minus 30 derajat Celcius, berangin kencang yang diimbuhi hujan, salju dan suasana yang cepat gelap sejak jam 3 siang sampai jam 7 pagi keesokan harinya? Belum lagi saat salju sudah menjadi es, jalanan pun super licin. Swedia yang berlokasi dekat dengan kutub Utara terkenal dengan iklim 4 musim yang ekstrim.

source: google
source: google

Paham baca peta juga semakin melatih kemandirian. Peribahasa, malu bertanya sesat di jalan benar-benar berlaku di Swedia. Mayoritas masyarakat Swedia bisa ‘tega’ membiarkan seseorang terlihat kebingungan.

Eits! Bukan karena mereka berhati jahat, loh! Kultur mereka tidak terbiasa ‘menawarkan bantuan’ karena mereka terbiasa harus mandiri sejak usia balita. Namun, kalau ada yang meminta bantuan, jika mereka tahu arah atau lokasi yang dicari, mereka membantu dengan senang hati. Kalaupun mereka tidak tahu, mereka menjawab pertanyaan dengan lugas tanpa basa-basi. Pantang bagi mereka bersikap pura-pura tahu.

Berbeda dengan kultur Indonesia yang cenderung ‘offering and helping’ jika melihat individu ‘kebingungan’, mulai dari ada yang menawarkan pertolongan tulus. Bahkan, ada yang menawarkan bantuan namun bertujuan tidak baik.

Sebenarnya, di negara manapun saya tinggal saat ini, bisa saja saya bertemu dengan orang yang penuh tipu daya yang senang memanfaatkan ‘kebingungan’ seseorang. Untuk itu, apalagi saya senang berwisata/berpetualang ke tempat-tempat baru, tidak malu membaca dan memahami peta yang dilakukan sebelum melakukan perjalanan menjadi sebuah cara untuk membangun rasa aman dan nyaman.

So, untuk survive di negara Swedia, saran saya, salah satu cara, mulailah membiasakan mampu membaca dan memahami peta. Inilah yang saya lakukan!

You may also like

Leave a Comment