Seni Tegur Sapa di Swedia

by tutut25

‘Hej’ adalah kata sapa yang bersifat universal yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, baik formal atau informal di Swedia. Namun, pada dasarnya, ada beberapa kosa kata Swedia yang seringkali dipakai tetapi memiliki arti berbeda, tergantung penggunaannya. Penggunaan kata sapa itu pun juga tidak boleh sembarangan, kadang harus melihat momennya dan siapa yang akan kita sapa. Hal ini terkait dengan etika dan sopan santun pergaulan.

Berikut kata sapa yang biasa digunakan:

1. God morgon/ God dag/ God kväll/ God natt

Google Images

God morgon (selamat pagi), God dag (selamat siang), God kväll (selamat sore) dan God natt (selamat malam/selamat tidur). Semua kata sapaan ini dapat dikategorikan sebagai kata sapa formal dan sopan. Umumnya diucapkan ketika ingin bersikap sangat formal meskipun jarang sekali dilakukan. Perilaku masyarakat Swedia cenderung jauh dari formalitas. Contohnya, sapaan ‘God Morgon’ biasa digunakan oleh seorang guru ke muridnya ketika memasuki ruang kelas atau memulai proses pengajaran.

Lalu, jika ingin menyapa seseorang di pagi hari, ucapkan utuh kata sapa God Morgon (lafal Gud moron, red) tersebut, jangan hanya Morgon (lafalnya ‘moron’, red). Mengapa? Karena kalau hanya melafalkan kata ‘moron’, artinya sungguh berbeda dan dapat membuat orang tersinggung. ‘Moron’ itu berarti bodoh. Berbeda dengan kata sapa dalam Bahasa Indonesia yang dapat hanya mengucapkan kata ‘Pagi’ dari kalimat ‘Selamat Pagi’.

Sementara penggunaan kata sapa ‘God natt’ biasanya diucapkan sebagai tanda pamit karena ingin beranjak tidur. Bahkan, seringkali kata ‘God Natt’ ini hanya diucapkan ‘Natt .. Natt’. Ketika bertemu dengan seseorang yang ingin kita sapa di sore hari, cukup dengan mengatakan ‘Trevlig fin kväll’ atau ‘Ha en fin kväll’ yang berarti ‘Have a nice evening’ yang kesannya lebih bersahabat.

Google Images

2. Hej, Hej!

Google Images

Sapaan ‘Hej, Hej!’, mengucapkan kata Hej (baca Hey, red) sebanyak dua kali itu terkesan lebih ramah dan akrab dibandingkan hanya mengucapkan ‘Hej’ sekali saja. Biasanya diucapkan ketika orang Swedia memasuki toko atau butik yang bertujuan untuk menarik perhatian si pemilik toko. Atau, saat tanpa sengaja bertemu tetangga di lift dimana kita sempat bersirobok mata.

3. Tjenare/ Tjena/ Tja!

Google Images

Nah….kata sapa ‘tjenare/tjena/ tja’ itu hanya ditujukan ke kawan-kawan dalam pergaulan dengan kawan di sekolah, kampus atau tempat kerja. Namun, dengan catatan cukup dekat dan seumuran. Anak-anak muda Swedia seringkali mengunakan kata sapaan ini. Big No ..No…jika mengucapkan kata ini ke orang yang usianya lebih tua, bos atau guru, khususnya di suasana yang formal. Pastinya, biasa langsung dicap kurang sopan dan Sok Kenal Sok Dekat (SKSD). Sekalipun diucapkan ke kawan yang seumuran, pastikan dulu seberapa dekat kalian berkawan.

4. Hallå!

Google Images

Kata sapa ‘Hallå’ hanya biasa digunakan ketika menjawab telepon. Namun, jika ditambahkan dengan kata ‘Men dan Där’ menjadi ‘Men hallå där!’ itu bisa berarti ada sesuatu yang tidak benar atau salah. Jadi, kalau ada orang yang berteriak ke kita dengan mengucapkan kata ‘Men hallå där!’ atau bahkan hanya ‘Hallå’ dengan intonasi cukup tinggi artinya ada sesuatu yang salah dengan perbuatan kita.

5. Hejsan!

Google Images

‘Hejsan’ sebuah kata sapa yang sifatnya lebih akrab dibandingkan hanya mengucapkan kata ‘Hej’. Namun, bedanya dengan kata sapa ‘Tjena’ itu, kata ‘Hejsan’ ini lebih luas penggunaannya, tidak terbatas ke orang-orang yang sudah kita kenal akrab. Kita tetap dapat menyapa seseorang yang tidak kita kenal-pun dengan kata ‘Hejsan’. Tetapi, tetap lihat momen dan sosok orang tersebut. Jika dia orangtua, lebih baik menghindari penggunaan kata tersebut.

Setelah menyimak ulasan singkat 5 macam kata sapa di atas, setidaknya kita paham tentang seni bertegur sapa di negeri asal Björn Borg, petenis juara Wimbledon. Hal ini penting seperti peribahasa ‘Dimana bumi di pijak, disitulah langit dijunjung’. Aturan dan etika lokal dimana kita menetap saat ini sebaiknya dipelajari dan dipahami demi kebaikan diri sendiri dan sekitar.

Text: Tutut Handayani

You may also like

Leave a Comment