
Julmarknad Stortorget – Stockholm (photo by Tutut)
Libur Natal (Julen dalam bahasa Swedia) sudah sebulan berlalu. Lalu, seperti apa perayaan Natal di Swedia?
Sungguh menarik memerhatikan masyarakat Swedia menyambut Natal. Masyarakat Swedia sudah sibuk menyambut Natal sejak pertengahan Nopember. Pusat-pusat kota di Swedia, seperti Stockholm (ibukota Swedia, red) berhiaskan lampu natal berwarna-warni beraneka bentuk geometris. Jendela apartemen, rumah, restoran, kafe, hotel, rumah sakit dan kantor dihiasi oleh lampu LED 7 lilin putih (candelabra), bintang besar berwarna merah atau putih, julbock (replika kambing gunung yang terbuat dari jerami yang berhiaskan pita merah di lehernya, red), tomte dan berbagai ornamen natal lainnya. Warna merah, putih, hijau dan oranye mendominasi, kontras dengan suasana gelap kota di musim dingin. Dengan kata lain, orang Swedia berlomba mempercantik rumahnya untuk membangun dan memberikan kehangatan semangat Natal.

Aksesoris Natal – Lampu Bintang (photo by Tutut)
Desember pun menjadi bulan yang paling dinanti. Mereka ingin segera berkumpul dengan keluarga. Perayaan Natal di Swedia itu a family affair. Perayaan Natal itu sebuah ajang berkumpul bersama keluarga. Lalu, bersilaturahmi dengan kerabat lainnya.
Suasana hati lebih bergembira sejak akhir Nopember sampai hari-H Natal dan libur Tahun Baru. Gelapnya langit Swedia dan diiringi hujan sepanjang bulan Nopember tentu memengaruhi mood. Namun, proses penyambutan Natal itu seketika menghapus mood sedih dan galau. Bagi mereka, saatnya berbelanja pohon, ornamen, bersih-bersih rumah dan memasak bersama keluarga. Pohon natal siap dipasang dua hari sebelum natal.
Acara memasak hidangan natal khas Swedia untuk perjamuan makan malam natal (julafton) dilakukan sehari sebelumnya, seperti smoked ham sausages, acar kaki babi, ikan kod, lutfisk (ikan asin), dessert manis, dan risgryngrot (bubur yang terbuat dari beras yang dimasak dengan susu yang disajikan dengan bubuk kayumanis dan gula pasir. Pada masa lampau, bagi yang menemukan biji almond di dalam mangkuk risgryngrot itu dipercayai akan menikah di tahun depan, red).
Namun, ada sebuah persiapan yang paling menyita perhatian mereka, yaitu acara berbelanja hadiah natal. Semua orang sibuk ’mencari tahu’ dan memilih hadiah untuk orangtua, anak, kekasih dan kerabat. Pusat perbelanjaan penuh dengan pembeli. Bahkan, anak-anak kecil sibuk mengirim kartu permintaan hadiah kepada Tomte.
Orang dewasa pun melakukan kegiatan mengirim kartu ucapan natal meski sudah ada teknologi kirim kabar yang lebih mudah dan cepat, yakni email dan sms/mms. Alasannya? ”Lebih menyentuh perasaan, berkesan sangat hangat dan kuat hubungan kekeluargaan yang kami miliki,” ujar Niklas Svensson, 40 tahun yang ditemui sedang mengirimkan 15 kartu ucapan natal melalui kantor pos (postombud, red).
Untuk menarik pengunjung, mayoritas pusat perbelanjaan berlomba menawarkan pesta diskon sebesar 30-50%. Biarpun negaranya si Pippie Långstrump (Pippi Berkaos Kaki Panjang, red) ini sering mengadakan diskon sesuai dengan perubahan tren fesyen yang berganti setiap 3 bulan sekali, diskon natal memberikan sensasi tersendiri bagi pelakunya. Swedia seperti ’dibombardir’ iklan produk yang menawarkan harga spesial natal yang mampu membius siapapun yang melihat atau membacanya. Koran dipenuhi iklan diskon yang bisa memakan setengah halaman. Poster ’menguasai’ dinding stasiun dan kereta bawah tanah. Belum lagi windows display pusat perbelanjaan yang penuh warna.
Namun, ada windows display sebuah pusat perbelanjaan yang paling dinanti oleh publik Stockholm dan menjadi daya tarik turis lokal maupun asing. Yaitu, windows display Nordiska Kompaniet (NK)—sebuah pusat perbelanjaan elit dan mewah yang berlokasi di Hamgatan (gatan=jalan, red).
Windows display NK yang berdiri pada tahun 1902 ini setiap tahunnya menampilkan tema yang berbeda. Publik Stockholm siap menyaksikan windows display tersebut sejak akhir Nopember. Perubahan tema windows display NK dijadikan sebagai tanda hari natal telah tiba. Tema windows display NK menyambut natal ini paling sering menjadi tebakan karena selalu berbeda setiap tahunnya. Saya pun tidak bosan-bosannya melihat tampilan jendela NK tersebut.
Suasana jelang Natal semakin semarak dengan hadirnya basar Natal (Julmarknad, red). Bazar Natal ini diselenggarakan di beberapa kota di Swedia. Mayoritas julmarknad diselengarakan sejak awal minggu ke-3 Nopember dan berakhir sehari sebelum Natal. Umumnya bazar Natal ini berlangsung selama 1-2 minggu. Tentu, julmarknad ini menjadi alternatif tempat berbelanja produk, khususnya kuliner dan kerajinan tangan khas Swedia sambil menikmati suasana pasar traditional ala Swedia di masa lampau. Setelah saya perhatikan, produk yang ditawarkan memang jarang bisa saya temui di toko suvenir dan supermarket umumnya. Biarpun serupa, tetapi terasa sekali berbeda saat menyentuh dan mencicipinya yang sangat dipengaruhi oleh pilihan bahan baku dan proses pengerjaannya. Sebut saja, keju, coklat, mustar (senap), selai, glögg, roti, daging elk (rusa), daging reindeer (rusa kutub), dan kerajinan karpet kulit domba atau moose.
Kalau ingin benar-benar merasakan pasar natal Swedia era 1300-an, datang saja ke julmarknad Stortorget yang berlokasi di pusatnya kota tua (Gamla Stan, red) Stockholm. Saya menjumpai toko-toko mungil berdinding kayu merah bata—warna khas Swedia masa lampau—yang menjajakan pengganan dan kerajinan khas Swedia. Umumnya peserta julmarknad Stortoget ini penguasaha kecil menengah yang berbisnis sudah lebih dari 3-5 generasi.
Bagi pecinta wisata kota tua, julmarknad di Sigtuna juga bisa menjadi pilihan. Sigtuna yang berlokasi di Utara Stockholm yang bisa ditempuh dalam 1 – 1.5 ja, perjalanan dengan transportasi umum merupakan kota tertua di Swedia yang dibangun pada 980 Masehi. Julmarknad Sigtuna sengaja menawarkan suasana pasar natal pada era tersebut.
Namun, kalau ingin merasakan suasana julmarknad yang moderen, datanglah ke julmarknad di Liseberg-Gothenburg. Julmarknad yang berlokasi di kota kedua terbesar di Swedia ini merupakan pasar natal terbesar di Swedia karena diselenggarakan di kawasan amusement park seluas 1,1 km2 yang disinari oleh 5 juta lampu. Masih banyak julmarknad di Swedia. Julmarknad sebagai tempat bernostalgia buat kalangan lanjut usia dan mengenalkan kembali tradisi khas Swedia kepada generasi muda.
Seminggu jelang natal, Stockholm pun diramaikan oleh kegiatan ’pulang kampung’. Anak-anak sekolah pun sudah libur dan orang dewasa mengambil cuti kerja. Pemerintah Swedia menetapkan libur bersama natal selama 3 hari, yakni tanggal 24-26 Desember. Umumnya, para pekerja kantoran sengaja mengambi cuti hari satu hari sebelum tanggal 24 dan beberapa hari setelah natal sampai tahun baru agar bisa menikmati libur bersama keluarga lebih panjang. Maklum, hampir setahun sungguh sulit menemukan saat yang tepat untuk reunian dengan semua anggota keluarga. Musim panas, umumnya orang sini lebih senang mengisi liburan sendirian atau bersama kawan ke luar negeri.
Bagi mereka, natal ajang berbagi cerita, rezeki dan kebahagiaan sambil menyantap hidangan natal bersama keluarga tercinta. Stockholm Central Station—stasiun pusat kereta api yang melayani rute domestik dan luar negeri, seperti Denmark dan Norwegia—yang berlokasi di Vasagatan ramai oleh para pemudik. Pemandangan yang sama ada di Arlanda, bandara utama Swedia. Mereka memesan dan membeli tiket dua bulan sebelumnya.
Bagi mereka, yang terpenting tanggal 24 Desember sudah bisa berkumpul di rumah. Mengapa? Karena 24 Desember malam merupakan puncak perayaan natal (Christmas Eve) di Swedia yang berlanjut dengan acara julafton dan membuka hadiah. Keesokan harinya dilanjut dengan berkunjung ke rumah kerabat, seperti paman-tante, mertua dan keponakan. Pada malam natal, mereka tidak terlalu dress-up seperti dinner tahun baru. Mereka lebih mengutamakan keakraban dan kehangatan bersama anggota keluarga dengan berpakaian yang rapi dan sederhana. Suasananya pun tidak formal dan santai.
Semangat mencintai keluarga terdekat terlihat pada semangat perayaan Santa Lucia yang berlangsung pada tanggal 13 Desember. Bagi masyarakat yang masih kuat tradisinya, pagi hari tanggal 13 Desember itu, anak sulung wanita bergaun putih panjang dan bermahkotakan 7 lilin didampingi adiknya yang berperan sebagai star boys membangunkan orangtuanya untuk menyantap sarapan saffronsbullar (roti bulat kismis di bagian tengah yang punya rasa khas bunga saffrons yang hidup subur di kawasan Asia Tengah) dan glögg non alkohol (bisa diganti kopi atau teh). Simbol rasa syukur dan terima kasih sang anak kepada orangtuanya.

Saffronbullar (photo by Tutut)
Namun, umumnya perayaan Santa Lucia ini hanya disambut dengan memakan saffronbulars dan meminum glögg (minuman khas Swedia yang terbuat dari hot-mulled wine yang kuat aroma anggur, kayu manis dan cengkeh) bersama keluarga atau sahabat. Cara minumnya pun unik, yakni menambahkan kismis dan kacang almond sesuai selera lalu mengunyah pepparkakor (kue jahe, red).
Pada saat Santa Lucia ini mulailah dinyalakan lampu 7 lilin (replika 7 lilin suci Adven saat menghormati Santa Lucia, perawan suci yang menjadi martir mempertahankan keyakinan Kristianinya di Syracuse-Sisilia, Italia pada abad ke-4 Masehi). Inilah alasan orang Swedia memasang lampu 7 lilin dan bintang besar putih. Kedua lampu itu menyimbolkan datangnya ’terang’, keberkahan, dan keselamatan untuk semua anggota keluarga.

LED Adven (photo by Tutut)
Puncak semua kegiatan natal berakhir dengan perayaan Hillarymass atau Knutsdagen yang berlangsung pada 13 Januari. Biasanya, ada karnaval dan tarian mengelilingi pohon natal. Suasana natal harus ditutup dengan keceriaan yang harus tetap hidup meski dekorasi natal sudah diturunkan dan dibersihkan.
God Jul — begitulah cara Swedia mengucapkan Selamat Natal.
Text: Tutut Handayani