Ada Lupus di Swedia

by tutut25
Foto: KabarQ, 2022

Lupus? Siapa itu?

Generasi 1990-an Indonesia, khususnya pecinta cerita pendek remaja, pasti akrab dengan sosok Lupus ini.

Lupus, tokoh utama fiksi serial novel remaja berjudul sama, yakni Lupus. Dia digambarkan sebagai sosok remaja usia SMA yang cerdas, kocak, jahil, penggemar permen karet dan rambut berjambul layaknya Simon LeBon, vokalis grup lawas ternama dunia, Duran-Duran.

Lupus bersekolah di SMA Merah Putih, bekerja paruh waktu sebagai wartawan hiburan majalah HAI dan sangat sayang sekali dengan mami, Lulu (adik semata wayang) dan duo sahabat setianya (Boim dan Gusur).

Dengan membaca novel ini, kita bisa tertawa sendiri karena jalan ceritanya yang kocak dan mengalir dengan pilihan kosa kata yang mudah dicerna. Semua itu berkat tangan dingin (alm) Hilman Hariwijaya, novelis berbakat Indonesia yang juga berprofesi sebagai wartawan majalah musik HAI, milik Kelompok Kompas Gramedia.

Yup! Mas Hilman ini-lah ‘ibu’ yang melahirkan sosok Lupus berikut tokoh pendukung lainnya yang ada di serial novel tersebut. Edisi perdana yang berjudul Kejarlah Daku Kau Kujitak terbit pada tahun 1986. Edisi perdana ini mendulang sukses yang dilanjutkan dengan edisi-edisi berikutnya.

Foto: KabarQ, 2022

Tercatat ada 3 serial Lupus, yakni serial Lupus dewasa (29 judul), Lupus ABG (16 judul) dan Lupus Kecil (14 judul).

Serial Lupus dewasa (lebih banyak bercerita saat Lupus usia SMA dan awal kuliah). Lalu, Lupus ABG (saat Lupus usia SMP) dan Lupus Kecil (usia balita dan SD, masa keluarga Lupus masih komplit, saat ayah tercinta masih hidup).

Penulisan seri Lupus ABG dan Lupus Kecil, (alm) Hilman Hariwijaya dibantu oleh Boim LeBon. Sosok Boim ini juga berperan sebagai tokoh utama dalam seluruh perjalanan cerita fiksi Lupus. Dan, termasuk tokoh Gusur, yang terinspirasi dari sosok (alm) Gusur Adhikarya.

(Alm) Gusur Adhikarya yang berprofesi sebagai penulis ini sering dilibatkan dalam penulisan cerita Lupus oleh (alm) Hilman Hariwijaya.

Dengan kata lain, seluruh cerita Lupus itu, hasil kerjasama ketiga penulis, yakni (alm) Hilman Hariwijaya, (alm) Gusur Adhikarya dan Boim Lebon. Mereka menghadirkan dirinya sebagai tokoh fiksi dalam seluruh cerita Lupus.

Saking ngetop dan bekennya novel Lupus ini, juga telah dibuat filmnya dan serial drama televisinya. Kedua produk sinema itu pun mendulang sukses di masanya, yakni era 1990-an dan awal tahun 2000-an.

Bahkan, untuk mengenang sosok fiksi remaja yang ngetop dan beken itu, Gramedia Pustaka Utama meminta (alm) Hilman Hariwijaya untuk menulis ulang serial novel Lupus itu yang diterbitkan dalam bentuk khusus, yaitu berupa koleksi kumpulan cerita yang pernah diterbitkan di koleksi novel Lupus sebelumnya. Ada dua buku edisi khusus, yaitu Lupus Reborn Tangkaplah Daku, Kau Kujitak dan Lupus Kecil Klasik. Keduanya terbit pada tahun 2013.

Pada penulisan kedua edisi khusus tersebut, (alm) Hilman Hariwijaya melakukan banyak penyesuaian jalan cerita yang disesuaikan dengan gambaran remaja yang hidup di atas tahun 2010. Logis! Tentu tujuan utamanya agar cerita ini mudah dimengerti oleh pembaca remaja yang hidup di era tahun 2000-an.

Dan, sebuah kebanggaan tersendiri, khususnya untuk penggemar setia Lupus seperti saya, ketika mengetahui, ternyata Perpustakaan Internasional Stockholm memiliki koleksi khusus kumpulan cerita Lupus dan edisi terakhir berjudul Bangun Lagi Dong Lupus (2013).

Keren kan?? Iya dong! Tentu, Perpustakaan Internasional Stockholm memiliki standar khusus dalam pemilihan koleksi bukunya 👍

Sepintas awal keberadaan koleksi buku berbahasa Indonesia di Perpustakaan Internasional Stockholm.

Keberadaan koleksi buku berbahasa Indonesia itu murni upaya Perpustakaan Pusat Stockholm (Stockholms stadsbiblioteket) bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional Kerajaan Swedia (Kungliga Biblioteket) dan Lembaga Bahasa Asing Swedia. Dengan kata lain, tidak ada campur tangan Pemerintah Republik Indonesia. Bangga kan? Apalagi bahasa Indonesia itu di Swedia dikategorikan sebagai bahasa minor (dilihat dari jumlah penuturnya).

Kita harus bangga dengan fakta itu. Lalu, adanya aktivitas pinjam buku berbahasa Indonesia yang aktif sangat mendukung eksistensi koleksi buku tersebut di perpustakaan itu loh! Hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat masih belum banyak yang tahu tentang adanya koleksi buku berbahasa Indonesia tersebut.

Text: KabarQ, 2022

You may also like

Leave a Comment